HAKA-61. MISTIS, NAMUN FILOSOFIS.




Penulis : Rizki Dwi Ramadhon (Asep) 
Editor   : Tim Blog 61


Nana nei i tiki mai, Whaka whiti te ra!”
Kita yang bersatu, dan mengangkat mentari!”

            Terdengar sayup-sayup suara riuh, serta aneh. Rapalan mantra, serta gerakan asing menjadi sorotan para penonton di sekitaran lapangan SMAKBo. Tim Pawai angkatan 61 menyajikan sesuatu yang berbeda pada tahun kedua mereka mengikuti gelaran Porsip SMAKBo. Ya, tarian yang terkesan “Primitif” dan mistis itu menjadi sajian utama pada sajian Pawai angkatan 61 di pagelaran Porsip tahun 2017, jilid pertama. 

HAKA.

        Haka, menurut Wikipedia, adalah sebuah tarian, seruan perang atau tantangan dari Suku Maori di Selandia Baru. Haka adalah tarian yang dilakukan oleh sebuah kelompok, dengan gerakan cekatan serta menyentakkan kaki berirama disertai dengan teriakan. Asal-usul Haka dipercayai adalah sebuah tarian dari Dewa Tane-Rore untuk memperpanjang musim panas. Dikarenakan gerakan yang enerjik, serta liriknya yang lantang, Suku Maori lambat laun mengadopsi tarian ini menjadi tarian perang yang bertujuan untuk menunjukan kekuatan serta sebagai sarana mengintimidasi pihak lawan.




Gambar 1. Ilustrasi tarian Haka dari Suku Maori, circa 1854.
           
         Penggunaan Haka juga sering ditemui pada event-event olahraga tertentu, khususnya Rugby. Dimana para pemain dari Tim All Blacks (semacam timnas Rugby negara Selandia Baru) sering mempertunjukan Haka sebelum pertandingan dimulai sebagai tanda tantangan kepada pihak lawan.

                                              



 Gambar 2. All Blacks melakukan tarian Haka sebelum pertandingan dimulai.


HAKA-61. SIMBOL KEBANGGAAN DALAM KETERBATASAN.

            Penampilan Haka dari Angkatan 61 bukanlah merupakan hal yang disengaja, melainkan merupakan suatu alternatif dari sebuah keterbatasan. Pada saat event Pawai pada Porsip 2017 jilid 1, peminat bidang ini sangatlah sedikit. Dari target 150 partisipan, hanya sekitar 30-40 orang yang akhirnya bergabung ke dalam tim Pawai 61 (Konon masalah ini timbul karena adanya suatu “insiden” pada persembahan Pawai Angkatan 61 pada Porsip Tahun Pertama). Hal ini tentu saja menjadi masalah yang lumayan besar yang harus dihadapi oleh para punggawanya. Konsep kolosal yang harusnya dapat dieksekusi dengan megah serta masif, berubah menjadi konsep sederhana nan memprihatinkan.

Dengan jumlah partisipan yang kurang memadai, mau tidak mau konsep masif dirubah menjadi konsep sederhana yang memanfaatkan punggawa yang terbatas dengan seefektif mungkin. Oleh karena itu tercetus lah ide membentuk persembahan pawai dengan tarian Haka, sebuah tarian asing yang masih awam di mata masyarakat SMAKBo, bahkan Indonesia. Keputusan ini kemudian dieksekusi oleh para tim koreografer serta dibantu dengan seluruh partisipan yang ikut. Sehingga diputuskan bahwa Pawai pada Porsip 2017 jilid 1 akan menggunakan Haka sebagai puncak acara yang kemudian akan ditutup dengan Flashmob oleh seluruh peserta.

ANGGOTA HAKA 61


             Gambar 3. Penampilan Haka 61

   Tarian Haka untuk porsip dipersembahkan oleh teman-teman 61 antara lain Asep, Syadam, Krishna Dewa, Krisna Arya, Kevin, Yono, Akmal, Adhiyat, Maul, Fathur, Fatih, Adinandra, Biyo, Yohannes, Wildan, Favian, Lukman, Fajar bagas, Kemal, dan Gian


KAPA O PANGO, AU-E-HI!

          Dari sekian banyak tarian Haka, Haka-61 memilih menyajikan “Kapa o Pango” sebagai debut penampilan Haka di SMAKBo. Gerakannya yang dinamis serta liriknya yang sarat makna, dirasa akan menjadi langkah pembuka yang bagus, terlebih lagi ditambah dengan gerakannya yang dinilai filosofis.

Dikarenakan liriknya yang terdengar asing bagi para pendengar, orang-orang mulai menyebutnya dengan “mantra”, sebuah kata yang berkonotasi mistis. Tentunya kesan inilah yang dikembangkan dengan sangat baik oleh para tim kreatif Pawai 61, sehingga penampilan Haka akan lebih masuk ke dalam tema Porsip tahun itu, yaitu “Remarkableness” atau secara tersirat adalah Sihir atau Magic.

Gerakan-gerakan yang asing tadi rupanya mengandung banyak makna didalamnya, diantaranya yaitu gerakan pembuka dengan kedua tangan menyatu di depan dada. Gerakan ini dapat diartikan sebagai simbol kekuatan seorang manusia dalam menghadapi segala rintangan. Kemudian ditambah dengan liriknya yang secara keseluruhan bermakna ajakan untuk memupuk persatuan serta kekuatan sesama manusia.

Pada salah satu baitnya berisi sebagai berikut :
“Ka tū te ihi-ihi  Ka tū te wana-wana. Ki runga ki te rangi  E tū iho nei E tū iho nei. Hi” ; yang secara umum dapat diartikan menjadi :

“Bersatu hadapi rasa takut Bersatu melawan kejahatan Ke atas sana kita akan pergi Ke atas kita akan pergi bersama.”.



Gambar 4 & 5. Peragaan tari Haka dari Haka-61.


      Pada hari-H, eksekusi Haka dan Pawai secara keseluruhan dinilai sukses. Dengan membawa anggota serta konsep yang terbatas, terbukti sukses menghibur serta membuat bingung para penonton beserta juri. Hingga salah satu juri mengatakan bahwa tarian yang disajikan oleh tim Pawai 61 merupakan “Tarian Pemanggil Hujan” yang sangat terasa aroma mistisnya.

BERLANJUT DI JILID 2.

         Penampilan Haka yang dinilai membawa hasil yang signifikan membawa peminat yang ingin berpartisipasi pada pawai, sehingga pada pagelaran Porsip selanjutnya, yaitu Porsip 2017 jilid 2, Tarian Haka akan kembali ditampilkan dalam bidang pawai (walaupun bukan sebagai sajian utama) bersama dengan sajian lainnya yang tak kalah menarik.

Uniknya pada kali ini, Haka yang dipilih berbeda dengan Haka sebelumnya, yaitu Ka Mate. Dengan bermodalkan kostum sederhana seperti Haka tahun sebelumnya, Haka ini juga sukses menjadi salah satu sajian yang ditunggu oleh penonton dan juri, bahkan dicap sebagai “ciri khas” angkatan 61.


      Gambar 6. Penampilan Haka pada Porsip 2017 jilid 2.

           Walaupun berbeda, lirik serta gerakan Haka ini juga sarat dengan makna, seperti pada saat tangan penari mengepal dan bergerak ke arah atas. Gerakan ini menyimbolkan bagaimana manusia dapat membuat hal yang mustahil, seperti mengangkat matahari, menjadi bisa dilakukan dengan semangat dan persatuan yang kuat. Seperti yang tergambar dalam beberapa bait liriknya :

“Nana Nei I Tiki Mai, 
Whakawhiti te ra ! 
Upane! Ka Upane! 
Hupane! Kahupane! 
Whakawhiti te ra!” ;  yang dapat diartikan menjadi :

“Kita yang bersatu, dan mengangkat
mentari! Bersama!
 Tetap Bersama! Melangkah maju! Terus Melangkah! Lalu angkatlah mentari!”.


Dengan hal-hal yang sangat sarat atas pesan moral inilah seharusnya nilai utama dari Tarian Haka ini dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai satu angkatan. Dimana perbedaan seharusnya tidak menjadi persoalan untuk bersatu, melainkan sebagai perekat persatuan sehingga kedepannya kita dapat hidup rukun sebagai sesama manusia, baik di lingkungan angkatan, sekolah, maupun masyarakat.

Pranala luar :
-https://id.wikipedia.org/wiki/Haka
-https://theculturetrip.com/pacific/new-zealand/articles/what-is-the-haka-new-zealands-maori-war-dance/

-
 A. H. McLintock. 1966. An Encyclopaedia of New Zealand.
-
 http://www.folksong.org.nz


                                                                       

Comments