MENUJU PUNCAK



     Setiap insan ingin melihat pemandangan di puncak yang dia inginkan. gunung, prestasi, sosial, dakwah dan apapun itu karena puncak untuk setiap orang pasti berbeda satu dengan yang lain. Pertanyaanya bukan puncak apa yang kamu ingin takhlukkan, tapi bagaimana cara kamu sampai di atas sana? Puncak adalah keindahan tersendiri bagi setiap pemimpi yang ingin mendaki keatas sana. Jika itu gunung pastilah negeri dongeng di atas awan menjadi incaran setiap pendakinya, tapi apa yang di inginkan oleh para pemimpi yang bertujuan sampai ke puncak Prestasi, Sosial, Dakwah atau puncak yang lainnya? Satu hal yang pasti dalam perjalanan menuju puncak-puncak itu. Kamu tahu? Jawabanya adalah pengorbanan.

            Pengorbanan bukan suatu hal yang amat menyenangkan. Kita bertaruh pada nasib yang mungkin saja akan mengkhianati kita disaat terakhir. Pengorbanan bukan hal yang mudah. Menginggalkan segala bentuk kesenangan dan kenyamanan untuk mencapai tujuan yang belum pasti kita dapatkan. Dan pengorbanan bukan hal yang dapat dilakukan oleh hati yang setengah-setengah. Walaupun kata “pengorbanan” terdengar mengerikan, namun itu adalah suatu kewajiban yang harus ditempuh oleh setiap pemimpi puncak. Tanpa pengorbanan maka kita tidak akan mendapatkan apapun. Tapi apakah Kata “pengorbanan” akan membuatmu berhenti dalam menggapai mimpimu?

            Banyak orang yang berhenti untuk mencapai puncak mereka karena hal yang belum pasti akan terjadi. Sebagian takut akan gagal, sebagian enggan untuk memulai, dan sebagian yang lainya kehilangan keyakinan mereka. Seperti bertemu dengan tembok yang tidak tergeserkan sedikit pun walau dengan seribu daya. Walau begitu kenapa ada sebagian kecil yang dapat menikmati keindahan di atas sana? Bukan kah itu sangat sulit untuk di takhlukkan?

            Seperti seseorang yang saya kenal. Dia telah sampai ke atas sana, pada puncaknya. Namanya Hamdan Al-Kautsar. Siapa yang tidak tau prestasi apa yang telah ia raih belum lama ini. Juara pertama ASTRA (Asah terampil Kimia) 2018 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Siapa yang menyangka bahwa seorang Hamdan akan mendapatkan juara pertama. Siapa pun yang mengenalnya sejak kelas 10 pasti tau alasanya. Tapi itu lah yang kita lihat, hanya pada titik kesuksesan seseorang saja. Hamdan mengikuti kompetisi dibidang sains academic bukan untuk pertama kalinya. Sejak kelas 12 Hamdan Al-Kautsar mengikuti lomba-lomba semacam ini. Lomba di UPI adalah lomba yang pertama kali dimenangkan oleh hamdan dan rekan satu teamnya. Artinya pada lomba-lomba sebelumnya dia mendapati kegagalan. 
   
    Untuk mengikuti lomba semacam ini harus mengikuti seleksi diantara siswa SMK-SMAKBo lainya. Hal itu bukanlah perkara yang mudah karena siswa SMK-SMAKBo cukup antusias dalam mengikuti lomba semacam ini. Jika lolos baru lah harus menghadapi beberapa tahap seleksi untuk sampai pada tahap semi final dan final. Pertama kalinya mengikuti seleksi antar siswa SMAKBo Hamdan lolos pada tahap itu, dia tidak menyangka dan pada saat itu dia berpikir karena sudah lolos harus memperjuangkannya semaksimal mungkin untuk tahap selanjutnya.

    Pada lomba lainya beberapa kali hamdan tidak lolos seleksi antar siswa SMK-SMAKB0. Untuk melalui semua itu dibutuhkan pengorbanan yang tidak murah. Mengikuti satu lomba membutuhkan persiapan yang panjang. Hamdan harus menambah waktu belajarnya dari pada biasanya, bahkan saat liburan semester, yang mana orang lain sibuk mengisi waktu luang dengan bertemu sanak saudara, dan bermain dengan teman lama, Hamdan menyibukkan dirinya belajar materi untuk mempersiapkan diri pada lomba yang diikutinya. Tidak cuma itu, Hamdan juga sering diejek dengan kata-kata “ambis” oleh teman-temanya kerena sering terlihat belajar pada saat jam istirahat, dan itu membuatnya cukup terganggu.
           
     Apakah sedikit terbayang perjuangan dari seorang Hamdan? Mengapa dia tidak berhenti untuk menggapai puncaknya? Bukankah berhenti itu jauh lebih mudah dari pada memperjuangkannya dengan segala pengorbanan yang terbilang cukup besar? “Saya kagum melihat mereka yang berprestasi dan saya ingin menghasilkan sesuatu untuk sekolah ini. Seperti kata salah satu teman saya, sekolah ini telah memberi manfaat untuk kita, memberikan pendidikan, memfasilitasi segala macam kebutuhan, tapi apa yang bisa saya hasilkan untuk sekolah?” Ujar Hamdan. Jika masih ada yang bertanya Mengapa dia tidak berhenti untuk menggapai puncaknya? Jawabanya adalah sebuah tekad. Alasan Hamdan untuk tetap maju jauh lebih besar dari pada alasan dia untuk menyerah dan berhenti.



Menggapai puncak bukanlah perkarkaya yang terbilang mudah. Apapun puncak yang ingin kita capai memiliki ujian yang selalu menunggu kedatangan kita. Pada saat itu pengorbanan akan menjadi taruhannya dan Setiap langkah yang kita tempuh mungkin terasa sangat melelahkan. Suatu saat mungkin kita berpikir untuk menyerah dan berhenti. Jika saat-saat seperti itu terjadi, maka ingatlah apa yang membawa mu sampai sejauh ini dan mengapa kamu harus mewujudkanya.

Comments

Post a Comment